Tags

Image

Title                            : Love Is Always Complicated – Episode 13

Author                      : @dcnirwana

Genre                         : romance, angst

Rate                            : General

Type                           : Drama Fiction

Main Cast                :

  • Park Nichan (OC)
  • Kim Byulhyun (OC)
  • Shin Minso (OC)
  • Yesung
  • Kyuhyun
  • Siwon
  • Super Junior

Disclaimer                  : I OWN THE PLOT

EPISODE  13

15.00 of May 21st, 2012

LA Disney Hotel

Hari ini semua member Super Junior sudah berada di LA untuk menyelenggarakan serangkaian SM TOWN World Tour yang diadakan kemarin malam. Kini, mereka semua tengah berkumpul di sebuah kamar penthouse yang sangat mewah disetiap detailnya. Semua orang tengah menikmati suasana musim panas di LA dari dalam hotel, terkeculai satu orang.

Kyuhyun berputar-putar cemas di kamarnya. Tangannya tak henti-hentinya menggoyang-goyangkan ponselnya, berharap hal itu bisa membuat telepon itu berdering karena ada panggilan masuk dari seseorang yang ia tunggu.

“Kyuhyun-ah, duduklah!!” Leeteuk merasa jengah dengan sikap Kyuhyun yang cemas berlebihan. “Kau terlalu berlebihan, Kyuhyun-ah! Santailah sedikit!”

“Berlebihan?!” sunggut Kyuhyun kesal. “Apa kau akan santai-santai saja bila Minah Noona menghilang tanpa kabar?!”

Leeteuk menggeleng perlahan. “Tentu saja aku juga cemas tapi…”

“Kau saja tidak bisa santai! Jadi jangan menyuruhku!!” Sentak Kyuhyun.

Saat ini, hati Kyuhyun sedang diliputi rasa cemas yang tiada henti-hentinya menderanya. Entah kenapa hatinya tidak pernah merasa tenang saat memikirkan Byulhyun. Dia merasa akan terjadi sesuatu yang buruk pada kekasihnya itu. Walau dia terus berpikir bila Kimmie pasti menjaga Byulhyun dengan baik, entah kenapa kini rasa percayanya terhadap Kimmie meluap begitu saja.

“Kyuhyun-ah! Jangan seperti ini. Kecemasanmu tidak ada gunanya. Lebih baik kau duduk dan berdoa bila Byulhyun pasti baik-baik saja.” Saran Sungmin

“Tapi ini sudah dua minggu penuh aku tidak bisa menghubunginya, Minnie. Ponselnya tidak aktif.” Sahut Kyuhyun dengan nada yang benar-benar khawatir. “Sekarang aku berada di kota yang sama dengan dia. Tapi aku bahkan tidak tahu Byulhyun ada di mana sekarang.”

“Tenanglah. Berdoa pada Tuhan saja!” Yesung ikut menyarankan. “Nichan pasti akan menemukan Byulhyun.”

Kyuhyun menghempaskan tubuhnya diatas sofa empuk di salah satu sudut kamar hotel itu. dia mengusap-usap wajahnya dengan frustasi.

BLAKK!!

Pintu utama kamar hotel tiba-tiba menjeblak terbuka. Nichan muncul dibalik pintu itu dan masuk ke dalam kamar hotel dengan langkah tergesa da nafasnya tersenggal-senggal. Wajahnya terlihat panik, “KYUHYUN-AH!!”

Kyuhyun langsung segera bangkit dan menghampiri Nichan, “Bagaimana? Apa kau menemukan Byulhyun? Apa dia baik-baik saja?”

Nichan mengatur nafasnya yang tersenggal-senggal dan menghiraukan hujaman pertanyaan yang dilontarkan oleh Kyuhyun. Setelah nafasnya mulai normal dia menggeleng lemah, “Aku tidak menemukan Byulhyun. Tapi aku hanya bertemu dengan Celline, sahabatnya disini.”

Kyuhyun melengos malas, “Lalu apa hubungannya?”

“Celline… Dia bilang bila Byulhyun…” Nichan sangat bingung untuk bagaimana menjelaskan ucapannya yang selanjutnya.

Mendengar nama Byulhyun, Kyuhyun langsung membelalak lebar. “Byulhyun kenapa? Dia baik-baik saja, kan?”

“Byulhyun… Hari ini Byulhyun akan…” Nichan meringis sebelum melanjutkannya dan merasa tidak yakin.

“Cepat katakan padaku, Nichan-ah!” Kyuhyun sedikit membentak karena sudah tidak sabar.

“Byulhyun akan menikah hari ini…”

-=.=-

16.15 of May 21st, 2012

St. George Church, LA

Seorang gadis tengah duduk di sofa tunggal di tengah ruangan yang berhadapan dengan sebuah kaca berukuran besar. Matanya menatap bayangan dirinya yang ada dalam kaca itu. pandangan mata itu… terluka.

Tubuh gadis itu dibalut dengan sebuah gaun pernikahan bewarna putih gading dengan disain yang minimalis dan memancarkan keanggunan. Rambutnya digulung dan disanggul dengan apik dengan hiasan pernak pernik berkilau nan manis. Wajahnya disapu dengan bedak tipis dan dipadukan dengan make up yang memerindah wajahnya. Cantik.

Dia tersenyum. “Senyum palsu!” hardiknya pada dirinya sendiri.

Gadis yang bernama Kim Byulhyun itu hanya bisa menghela nafasnya. Hari ini adalah hari pernikahan yang ditentukan oleh Kimmie. Sejujurnya dia masih belum sepenuhnya menerima hal ini. Tapi ia akan menyerahkan semuanya pada Tuhan.

‘Tuhan, kalau ini keputusanmu aku akan mencoba menerimanya dengan ikhlas. Tapi bila ini bukan jalanku untuk menikah dengan Kimmie, tolonglah aku! Jangan biarkan aku menikah dengannya. Pertimbangkan juga rasa cintaku untuk Cho Kyuhyun juga. Aku yakin, kau akan menentukan jalan yang terbaik untukku. Amin.’

Tok… tok…

Pintu bilik dibelakang Byulhyun perlahan terbuka. Tak lama seorang wanita paruh baya keluar dari pintu. Wanita itu perlahan berjalan mendekati Byulhyun dan duduk disampingnya. Dia tersenyum memandang wajah Byulhyun, “Kau cantik sekali, Byulhyun-ah!”

Byulhyun hanya tersenyum sekenanya. “Gamsahamnida, Eommonim.”

“Kau yakin dengan keputusanmu?” tanya Kim Eommonim sambil mengusap lengan Byulhyun dengan sayang.

Byulhyun menunduk lalu menggeleng lemah. “Aku tidak memutuskan apapun. Aku menyerahkan semuanya pada Tuhan.”

Kim Eommonim hanya tersenyum kecil. “Tapi kita tidak bisa menyerahkan semuanya kepada Tuhan. Setidaknya kita harus memerjuangkan keputusan kita. Terkadang kitalah yang harus menentukan takdir kita sendiri. Dengarkan kata hatimu!”

Byulhyun hanya tersenyum lemah sambil mengangguk kecil. “Aku sudah mendengarnya, Eommonim.”

“Lalu apa kata hatimu?” Kim Eommonim kembali bertanya padanya. “Apa kau menginginkan pernikahan ini?”

EOMMA!!” Kimmie menengahi pembicaraan kedua wanita itu. “Jangan membuat Byulhyun untuk mengubah keputusannya.”

Kim Eommonim hanya tersenyum simpul. “Kau yakin ini adalah keputusannya? Atau keputusanmu?”

Kimmie hanya tergagap. “Aku hanya ingin menjalankan wasiat Appa. Apakah aku salah?”

“Wasiat adalah keinginan terakhir.” Sahut Kim Eommonim. “Tapi tidak semua keinginan bisa dikabulkan.”

“Aku akan tetap melakukannya.” Tegas Kimmie.

“Kau egois! Byulhyun tidak akan bahagia bersamamu.” Bantah ibunya.

“Byulhyun mencintaiku!!”

“Itu dulu! Bukan sekarang.”

“Ada yang pergi dan ada juga yang kembali! Perasaan itu akan kembali lagi!”

“Tidak dengan cara ini, Kim Kyuhyun!”

“Cepat atau lambat pasti perasaan itu akan muncul kembali, Eomma!”

“Tidak akan pernah bila kau memaksanya!”

“Terserah Eomma mau mengatakan apa. Tapi jangan buat Byulhyun untuk merubah keputusannya.”

“Keputusanku?” Sebuah suara mengusik perdebatan antara ibu dan anak itu. Byulhyun sudah berdiri diantara mereka. “Sejak kapan aku memutuskan untuk menikah denganmu?”

Kimmie melengos malas. “Ayolah! Kita sudah berada di geraja. Tinggal satu jam lagi kita akan menjadi suami isteri!”

“Dan aku belum pernah mengatakan ‘YA’ untuk semua ini.” jawab Byulhyun tegas. “Kau terlalu berharap banyak.”

“Jadi kau memermainkanku?!” nada bicara Kimmie mulai berubah. “Jadi sekarang kau menolak untuk menikah denganku?”

Byulhyun mengangguk yakin walau dia sedikit merasa takut. “Aku memutuskan untuk memilih Kyuhyun.”

Kimmie menunjuk dirinya sendiri, “Akulah Kyuhyun.”

“Bukan Kim Kyuhyun tapi aku memilih Cho Kyuhyun!”

ANDWAE!!” Kimmie berteriak kesal. “Kau tetap menikah denganku!!”

Kimmie sudah tidak bisa menjaga emosinya. Dia langsung menarik Byulhyun secara paksa keluar dari ruangan itu. Dia semakin memererat genggaman tangannya saat Byulhyun berusaha melepaskan tangannya.

“Kumohon, Kimmie-ya!!” Byulhyun memohon sambil menangis. “Aku tidak bisa menikah denganmu!! Lepaskan aku!!”

Kimmie menatap Byulhyun tajam saat keduanya sudah ada didepan altar. “Aku tidak peduli. Kau mau atau tidak, kau bahagia atau tidak, kau harus menikah denganku!!”

Byulhyun balik menatap Kimmie dengan tajam. “Kau bukan manusia!! Neon agmayo!”

Kimmie hanya menyeringai. “YA!! Aku memang monster! Aku tidak peduli lagi pendapatmu.”

Byulhyun menatap Kimmie dengan buram karena selaput bening yang menutupi matanya. “Aku tidak mengenalmu. Siapa kau? Kau bukan Kimmie yang dulu kukenal.”

Kimmie terkekeh. “Aku masih Kimmie yang dulu, Hyunnie! Aku akan bersikap baik padamu bila kau mau bersikap manis padaku.”

“Tapi kau tetap tidak akan melepaskanku!”

Kimmie tertawa terbahak-bahak, “Aku tidak akan pernah melepasmu! Jadi sekarang, ayo kita menikah!”

“DIA TIDAK AKAN MENIKAH DENGANMU!!”

Byulhyun dan Kimmie refleks menolehkan kepalanya ke arah seseorang yang berteriak kepada mereka.

“Kyuhyun-ah?!”

Byulhyun tersenyum lega saat melihat sosok Kyuhyun yang berdiri diambang pintu. Dia ingin berlari dan mendekap tubuh pria itu, namun Kimmie menahannya.

“Lepaskan dia, Kimmie-ya!”

Kimmie tersenyum meremehkan. “Kalau aku tidak mau, apa yang akan kau lakukan?”

“Aku akan merebutnya darimu!!” Sahutnya tegas.

“Kemarilah!”

Kimmie menyuruhnya untuk lebih dekat. Dan saat Kyuhyun tinggal selangkah, Kimmie langsung menghantamnya dengan sebuah tinju. Membuat Kyuhyun jatuh tersungkur di atas lantai batu gereja tua itu.

Kyuhyun memegangi ujung mulutnya yang berderah. Dia kembali berdiri, “Kau boleh meninjuku sebanyak yang kau mau. Aku tidak akan melawan. Asal setelah kau puas meninjuku, ijinkan aku membawa Byulhyun pergi bersamaku.”

Mata Kimmie memancarkan gejolak marah yang besar setelah Kyuhyun mengatakan kalimat itu. Dia langsung kembali melayangkan tinjunya tepat di pelipis kirinya. Tinju yang mengenai pelipis Kyuhyun itu membuat Kyuhyun lagi-lagi jatuh tersungkur dan membuat kepalanya sedikit pusing.

Tapi, Kyuhyun belum mau menyerah. Dia tetap berdiri dan menghadapi Kimmie. Namun, Kimmie tetap kembali meninjunya. Sudah hampir semua bagian muka Kyuhyun dijadikan tempat mendarat kepalan tangan Kimmie namun Kyuhyun sama sekali tidak berniat mundur ataupun membuat perlawanan.

Kyuhyun kembali berdiri dengan susah payah setelah Kimmie menghantam perutnya. Tapi ia merasa lututnya benar-benar lemas dan seakan tak kuat untuk menopang seluruh berat tubuhnya. Hingga akhirnya Kyuhyun berlutut di hadapan Kimmie serta Ibunya dan menundukkan kepalanya dalam-dalam menyembunyikan wajahnya yang sudah tidak terlihat tampan karena memar dan darah yang mengalir, “Aku…sangat mencintainya. Dan aku yakin bisa menjaganya”, ucap Kyuhyun dengan suara lirih. “Hanya dia yang bisa mengerti semua tentangku dan aku yakin bahwa aku bisa mengerti semua tentangnya”

Kimmie sudah jengah dengan semua ini. “LEBIH BAIK KAU PERGI!!”

Kyuhyun tersenyum kecil sambil menggeleng. Dia menatap mata Kimmie dengan tajam. “Tidak sebelum aku berhasil membawa Byulhyun bersamaku.”

Kimmie langsung menendang Kyuhyun tepat di kepalanya.

“KIMMIE!!” Pekik Byulhyun histeris. Nafasnya terengeh-engah menahan emosi yang bercampur aduk didalam hatinya. “Hentikan semua ini!!”

“Gwaenchana, Byulhyun-ah!!” Kyuhyun menyahut seruan Byulhyun. “20, 30, 40, 50, 100 atau bahkan 1000 kalipun aku sanggup menerimanya. Dan setelah itu, kita akan hidup bersama selamanya.”

Byulhyun menggelengkan kepalanya kuat-kuat dan meronta didalam pelukan Kim Eommonim. “Ireoghae hajima!!”

“Kalau begitu aku akan menghabisimu!!” Ujar Kimmie berapi-api. Dia langsung mengamati sekitarnya. Dia menemukan sebongkah kayu berukuran besar yang sudah sedikit lapuk dan keropos. Diambilnya kayu itu dan dia siap memukulkanya diatas kepala Kyuhyun.

Kim Eommonim sudah geram dengan sikap putra tunggalnya. Apa lagi Kyuhyun sama sekali tidak berusaha menghindari serangan Kimmie. “Cukup!! Hentikan semua ini, Kyuhyun-ah! Kau sudah kehilangan akal sehatmu!”

Kimmie melirik ibunya dengan tajam. “Eomma tidak perlu campur dalam masalah ini. Ini masalahku, Appa, dan Byulhyun!!”

“Ini juga masalahku! Kau anak Eomma!” Ibu Kimmie membalas ucapan Kimmie dengan sedikit berteriak. Dia mencoba mengambil alih bongkahan kayu itu, “Berikan balok itu pada Eomma, Kimmie-ya!”

Kimmie sama sekali tidak mau menyerahkan balok kayu itu. Terjadilah aksi saling rebut balok kayu antara Kimmie dan ibunya. Hingga akhirnya Kimmie sudah terlanjur dikuasi emosi dan kehilangan akal sehatnya, dia mendorong tubuh Ibunya hingga beliau jatuh tersungkur dan merintih kesakitan.

Setelah mendorong tubuh Ibunya, Kimmie sama sekali tidak peduli dengan Ibunya dan langsung memukulkan balok itu diatas kepala Kyuhyun. Kemudian dia tertawa terbahak-bahak. “Hahaha… rasakan itu!!”

Tapi kemudian dia terdiam membeku. Balok itu jatuh dari tangannya dan membuat suara yang menggema di seluruh penjuru gereja. Kimmie tidak terasa degupan apapun di dalam dadanya. Dia merasa ingin berteriak. Dia ingin marah. Tapi tak berdaya. Dia salah sasaran!!

“Byulhyun-ah, kau tidak apa-apa?!” Kyuhyun bertanya panik. Byulhyun jatuh pingsan dalam dekapannya. Hidungnya mengeluarkan cairan merah kental dengan bau yang khas. Kyuhyun menggoncang-goncangkan tubuh Byulhyun berusaha membuatnya sadar. Tapi sayang, Byulhyun tak kunjung sadar.

Kyuhyun merebahkan tubuh Byulhyun dan berusaha melakukan CPR. Namun ini semua tidaklah berhasil. Terlintas dibenaknya untuk memberikan nafas buatan. Tapi kemudian Kyuhyun tidak peduli lagi. Dia langsung memberikan nafas buatan untuk Byulhyun. Dalam hati dia terus berdoa aga Byulhun cepat sadar.

“Ini yang kau inginkan?!” Tanya Kim Eommonim marah kepada anaknya.

Kimmie menggelengkan kepalanya lemah. Ini sama sekali bukan yang ia inginkan. Dia mencengkram rambut kepalanya dengan kuat. Entah nyata atau tidak, Kimmie melihat sosok ayahnya berdiri disamping Byulhyun. Dia dia menjadi sangat ketakutan saat melihat kedua mata Ayahnya menatapnya dengan penuh amarah.

Bukan ini yang aku inginkan!!” Ujarnya tegas dan mengintimidasi Kimmie. “Kau mengecewakan aku!”

Kimmie merosot lemas karena lututnya bergetar hebat sehingga dia tidak mampu menahan beban tubuhnya lagi. “Maafkan aku!!”

Ayahnya menolak menatapnya dan memandangi Byulhyun yang masih setengah sadar yang sedang dibantu Kyuhyun membersihkan darah mimisan yang keluar dari hidung mungilnya. “Kupikir dia akan bahagia bersamamu. Tapi ternyata tidak. Aku sangat kecewa terhadapmu.”

Appa maafkan aku!!” Kimmie menangis memohon maaf kepada Ayahnya. Dia berjalan mendekati Ayahnya sambil tetap berlutut. Ia memegangi tangan Ayahnya. “Kumohon maafkan aku, Appa!”

Kim Eommonim dan Kyuhyun hanya bisa melongo saat mendengar kata ‘Appa’ yang terus keluar dari mulut Kimmie. Terutama Kim Eommonim. Dia sangat tahu bagaimana sifat Kimmie. Dia sangat takut saat Ayahnya marah dan kecewa padanya. Bagi Kimmie Ayahnya adalah sosok yang sangat ia sayangi dan hormati karena Kimmie menganggap bila Ayahnya adalah sosok pahlawan dan pria sejati. Kimmie lebih mementingkan Ayahnya dibanding apapun.

Dia adalah putriku yang paling aku sayangi. Tapi kenapa kau tega menyakitinya? Aku tidak bisa memaafkanmu!” tegasnya.

Kimmie langsung memeluk kedua kaki Ayahnya yang ia sayangi itu. “Appa, aku tidak bermaksud menyakitinya! Aku hanya ingin memertahankan Byulhyun disisiku! Itu yang kau maukan, Appa?!”

Aku minta kau menjaganya!! Bukan untuk menyakitinya!! Aku tidak mungkin bisa menitipkan putri kesayanganku padamu!” Ujarnya kecewa. “Minta maaflah pada anakku! Dan berjanjilah bila kau akan melepaskannya pergi!”

Kimmie terperangah. Dia sangat menyesal sekarang. Kini, dia kehilangan kepercayaan Ayahnya dan cinta kasihnya. Kepercayaan Ayahnya terhadap dirinya sudah hilang. Kini berarti, dia tidak bisa untuk tetep memaksakan diri untuk terus berada di sisi Byulhyun. Dengan berat hati ia duduk disamping Byulhyun dan duduk dihadapan Kyuhyun, “Maafkan aku, Byulhyun-ah! Sekarang bila kau mau, kau bisa pergi sesuka yang kau mau!” ujarnya penuh sesal.

Kyuhyun menatap Kimmie tajam, “Apakah harus seperti ini supaya kau bisa sadar?”

Kimmie mendudukan wajahnya dalam-dalam. “Maafkan aku! Kumohon jagalah dia lebih baik dari pada aku menjaganya! Kuserahkan dia sepenuhnya terhadapmu.” Ujarnya lalu pergi menjauh dan keluar dari gedung geraja kecil yang mereka tempati diikuti oleh Ibunya yang berlari kecil mengajar putra tunggalnya

Ayahnya berlutut pada satu tumpuan disamping Byulhyun dan menatap Kyuhyun lekat-lekat. Ayahnya hanya tersenyum kecil melihat wajah Kyuhyun, “Tak kusangka putriku bisa menarik hati seorang bintang tampan sepertimu.” ujarnya sambil membelai pipi Kyuhyun dengan penuh kasih.

Walau Kyuhyun tidak bisa melihat sosok Ayah Byulhyun, tapi dia bisa merasakan kehangatan belaian tangan seorang Ayah di pipinya. Dia mengalihkan pandangannya dari Byulhyun dan mendongakan kepalanya. Pada saat itulah dia merasa terkunci oleh sepasang mata Ayah Byulhyun.

Apa kau bisa menjaganya lebih baik dariku?”

Kyuhyun diam sejenak, namun akhirnya dia menarik nafas dalam-dalam dan mengangguk yakin. “Ya, saya yakin bahwa saya bisa menjaganya lebih baik dari anda, Aboji. Aku menjaminnya dengan nyawaku sendiri.”

Ayah mendesah pelan dan segera berbalik meninggalkan Kyuhyun. Dia melirik sekilas kearah Kyuhyun yang masih diam berlutut di tempatnya semula sambil memangku Byulhun yang sudah sadar sepenuhnya, “Untuk apa kau masih diam disitu?! Cepat pergi dan buktikan ucapanmu itu!”

Kyuhyun mengerutkan keningnya.

Pergilah dan jangan coba-coba untuk menemuiku sebelum ada cincin yang melingkar di jari manis tangan Byulhyun”, ucapnya singkat dan berjalan menuju Altar.

Saat Ayah Byulhyun sudah berada di depan Altar, barulah Kyuhyun bisa melihat Ayah Byulhyun. Namun, dia tidak seorang diri. Disamping kirinya berdiri pula seorang wanita yang terlihat anggun dengan matanya yang memancarkan kelembutan dan penuh kasih. Tidak diberitahupun, Kyuhyun sudah tahu bila mereka adalah dua orang yang membawa Byulhyun ke dunia ini.

Bahagiakanlah putriku, anakku!”

Kyuhyun tersenyum lebar dan segera bangkit dari tempatnya semula, “Ne, Aboji. Ne, Eommonim!!” Jawabnya tegas dan penuh haru sambil membungkuk dalam.

“Kau berbicara dengan siapa?!”

Kyuhyun terkesiap dan segera kembali fokus terhadap Byulhyun, “Bukan siapa-siapa.” Ucapnya sambil menggeleng kecil. Dia sedikit melirik ke arah altar namun sudah tidak lagi terlihat sosok kedua orang tua Byulhyun. Dia tersenyum simpul.

Byulhyun mendesah pelan, “Apa tadi Ayahku?”

Kyuhyun mengangkat alisnya, “Harus kuakui dia memang Ayahmu.” Jawab sambil membantu Byulhyun untuk berdiri.

“Bagaimana keadaanya?” tanya Byulhyun penasaran, “Apa dia bersama Eomma?”

Kyuhyun tersenyum manis, “Mereka terlihat bahagia. Sangaaaat sangat sangat bahagia.” Ujarnya sambil merangkul pundak Byulhyun

Byulhyun menyandarkan kepalanya diatas dada Kyuhyun yang bidang, “Apa yang mereka katakan?”

“Ummm…” Kyuhyun berpura-pura berpikir. “Kau yakin ingin mengetahuinya?”

Byulhyun mengangguk yakin, “Malhaebwa!”

Appa-mu melarangku bertemu dengannya lagi.” Ujarnya melankolis

Byulhyun memukul dada Kyuhyun dengan kesal. “Gotjimal hajima! Tadi kenapa kau terlihat bahagia?!”

“Aku tidak berbohong! Hanya saja… ada syaratnya.”

“Apa syaratnya?”

Kyuhyun menarik tangan kiri Byulhyun dan mensejajarkan dengan tangan kirinya. Dia menggerak-gerakan jari manisnya, “Harus ada cincinya. Baru bisa menemui mereka lagi.”

Byulhyun mengangguk lega, “Akhirnya semuanya sudah selesai.” Ucapnya sambil tersenyum bahagia. Senyum itu membuat semua rasa lelah dan sakit yang Kyuhyun rasakan menjadi menguap, menghilang entah kemana. Hanya dengan satu tarikan sederhana dari bibir seorang gadis, Kyuhyun bisa merasa tenang.

Byulhyun berhenti terpaku. Senyum manisnya perlahan memudar dan membuat Kyuhyun sedikit khawatir. “Waeyo? Kenapa murung? Masalah kita sudah selesai semua, kan?”

Byulhyun mengangguk lemah. “Iya. Keundae…”

Keundae mwo?

Byulhyun mengalihkan pandangannya dan menatap nanar kearah satu titik. “Masalahnya. Kapankah akan berakhir?”

Kyuhyun mengikuti arah pandang Byulhyun dan menemukan titik yang Byulhyun maksudkan.

Park Nichan. Gadis yang tengah duduk di balik kemudi mobil. Wajahnya yang cantik mengeluarkan semburat merah memermanis keindahan wajahnya. Wajahnya yang biasanya di hampiri gurat ceria kini diselemuti raut muram.

Nichan mungkin terlihat baik-baik saja belakangan ini. Dia selalu tertawa, berbincang akrab dengan member lain dan bahkan menawarkan Evelyn kekasih Henry untuk menjadi partner bisnisnya yang baru. Semua orang berfikir bahwa Nichan sudah benar-benar bisa melupakan masalahnya.

Namun, Byulhyun yang sudah bersahabat lama dengannya tahu segalanya. Walau orang tuanya selalu acuh tak acuh terhadap dirinya dan selalu pilih kasih terhadap kedua saudara tirinya, Nichan tetap peduli dan merindukan mereka.

Suatu kali Byulhyun pernah menemukan Nichan tengah duduk termenung sambil mamandangi foto keluarga mereka yang terpampang megah di ruang keluarga. Dan meliat raut wajah yang ditunjukan Nichan sewaktu itu, Byulhyun tahu gadis itu tengah merindukan kasih sayang kedua orang tuanya.

Dan sekarang bila gadis itu bersih keras mengatakan bila dia sepenuhnya bahagia dengan keadaannya ini, Byulhyun adalah orang pertama yang akan menentang hal itu. Karena entah kenapa dia merasa Nichan pernah menyesali keputusannya.

-=.=-

17.03 of May 25th, 2012

Handel & Gratel

Eommonim, biar aku saja!”  Nichan mencegah Kim Eommonim yang akan membersihkan kitchen set Handel & Gratel.

“Manis sekali!!” Kim Eommonim mencubit gemas pipi Nichan yang sedikit tembam. “Terimakasih, ya, sayang!”

Nichan mengangguk kecil dan tersenyum manis. “Eommonim beristirahat dulu saja.”

Arraseo. Badanku juga sudah lelah. Tapi kau jangan terlalu lelah. Kalau Jongjin sudah pulang kuliah, suruh dia menggantikanmu. Arra?”

Ne, Eommonim!”

Setelah memastikan Kim Eommonim masuk di kamar kecil di belakang toko, Nichan mulai merapikan dan membersihkan kitchen set. Hari ini, dia ikut membantu di Handel & Gratel. Karena sekarang kesibukannya jauh berkurang setalah dia melepaskan status Presdirnya, dia lebih sering berada di rumah.

Nichan menghela nafas lega setelah pekerjaanya selesai. Pengunjung hari ini tidak terlalu ramai, jadi dia bisa sedikit lebih santai.

Nichan merogoh saku apronnya dan meraih ponsel miliknya. Ada sebuah pesan yang baru saja masuk. Segera ia buka pesan dari kekasihnya.

From          : Babo Jong

Jangan terlalu lelah membantu Eommonim di H&G. Aku tidak mau kau sakit. Arra?

Nichan tersenyum simpul. Dengan cekatan jemari tangannya sibuk mengetikan sms balasan untuk kekasihnya yang sedang berada di gedung stasiun televisi yang berdekatan dengannya.

To              : Babo Jong

Bagaimana denganmu? Jangan terlalu lelah menjalani recording. Jangan terlalu memforsir tenagamu.

“Kau disini untuk membantu Eommonim, bukan untuk ber-SMS dengan Jongwoon Hyung.”

Nichan melirik kearah pria yang berdiri disamping yang kini tengah meneguk segelas air putih. “Sudah bagus aku membantumu disini!” sunggutnya kesal.

Mwo? Kau tidak ikhlas membantu disini?” Jongjin bertanya kepada Nichan. “Akan kuberitahukan Eommonim dan Hyung!!”

Nichan meraih lengan Jongjin. “Aku hanya bercanda, Jongjin-ah!”

Kring…

“Ada pelanggan. Kau urusi dulu, aku mau ganti baju!” Ujar Jongjin kemudian melenggang pergi bergitu saja.

Nichan mendengus kesal dan segera berjalan kembali di balik meja kasir. “Apa yang ingin anda pesan?”

“Vanilla latte dengan cinnamon bubuk dengan satu sendok krimmer bukan gula.”

Nichan langsung mengenali siapa pemesan minuman itu. Suara dan nada bicara itu tidak akan pernah ia lupakan juga minuman yang baru saja dipesan adalah kopi kesukaannya. Dan saat kedua pasang matanya bertemu dengan mata yang mengunci pandangannya, dia terdiam.

“Aku juga memesan tiramisu.” Lanjut pelanggan itu lagi.

“Kami tidak menjual tiramisu…” Nichan menggigit bibirnya, “Eomma…”

“Aku tunggu di meja depan.” Ujar Ahrim sambil menggidikan kepalanya kearah meja yang dituju.

Nichan hanya mengangguk sekenanya lalu menghela nafasnya setelah Ahrim menghilang dari hadapannya.

“Ada apa?” Jongjin bertanya penuh hasrat ingin tahu.

Nichan menggelengkan kepalanya lemah kemudian berjalan mendekati coffee mechine dan membuatkan pesanan Ibunya. Sesekali dia melirik kearah Ibunya yang terus menatapnya intens. Untung saja ada Jongjin didekatnya yang membuat dirinya merasa lebih tenang.

“Jangan takut! Aku akan membantumu bila terjadi sesuatu.” Jongjin menghiburnya. “Jongwoon Hyung juga sedang di KBS. Dia pasti datang cepat. Aku akan meneleponnya kalau ada masalah.”

Nichan tersenyum simpul dan mengangguk kecil. Dibawanya nampan berisi pesanan Ahrim dan dibawanya ketempat ia duduk.

“Duduklah!”

Nichan menuruti perkataan Ibunya. Dia sama sekali tidak berani melihat kearah Ibunya. Dan Ibunya juga sama sekali tidak mengeluarkan sepatah katapun. Hanya hening selama beberapa saat.

“Jadi ini yang kau lakukan setelah melepas status Presdir?” Ahrim berucap remeh sambil memandangi interior dalam H&G. “Kau tidak merasa sia-sia?”

Nichan menggeleng yakin. “Tidak.”

“Kau melepas status Presdir hanya demi bersama pria itu?” Ahrim bertanya sangsi. “Bisnis seperti ini mudah untuk dihancurkan. Hanya sedikit sentuhan kecil dan baaaam! It’s gone.”

“Jangan ganggu mereka! Aku sudah menyerahkan semuanya.” Ujarnya tegas, tapi seruan memohon terdengar jelas dengan matanya yang berkaca-kaca.

Ahrim mengangkat alisnya dan menyeringai kecil. Diraihnya secangkir kopi dan diseduhnya dengan nikmat. “Arrayo. Tak kusangka kau bisa betah berkerja dan hidup seperti mereka.”

“Ini jauh lebih baik disbanding bila aku harus menikah dengan Yongjun.”

Ahrim memutar bola matanya. “Aku hanya ingin membicarakan itu saja.”

Eomma mau pergi?”

Eomma hanya ingin melihat keadaanmu dan memberimu penawaran untuk kembali bila kau menderita dengan keadaanmu sekarang hingga membuatmu berubah pikiran.” Ahrim beranjak dari duduknya. “Tapi, kurasa kau baik-baik saja.”

Nichan tersenyum dan mengangguk. Tapi sebelum Ahrim melangkah mejauh, dia mencegah langkah Ibunya. Dia mengucapkan hanya satu kalimat sederhana yang tersusun dari tiga kata yang sama sederhananya. Namun, untuk seorang Ibu, kalimat itu lebih dari apapun. Satu kalimat yang diucapkan oleh seorang anak yang membawa kebahagian dan kelegaan tersendiri untuk seorang Ibu. “Eomma, aku bahagia…”

Ahrim membeku. Tanpa berbalik, dia bisa merasakan bila ucapan anak semata wayangnya itu begitu tulus dan lembut hingga membuat perasanyaannya terasa tentram. Tangganya bergetar hebat dan dari matanya yang selalu memancarkan anggunnya keangkuhan itu, setetes air mata meluncur begitu saja. Dia ingin berbalik dan memeluk putrinya itu. Namun, ego dan gengsinya terlalu besar hingga membuat langkahnya mendekati pintu dan keluar dari ruko kecil itu.

Sementara Nichan masih terdiam ditempatnya. Fokus matanya masih tertuju pada sosok ibunya hingga menghilang didalam mobil sedan hitam yang membawa ibunya pergi menjauhinya. Nafasnya tidak beraturan lalu memejamkan matanya, “Ya. Aku bahagia…”

-cut-

!!! NOTE !!!

Okay, i do really sorry, udah sangat sangat sangat terlambat ngepost FF ini. Aku sendiri juga gatau kenapa jadi super sibuk buat post ini FF. Padahal FF ini udah mengendap 2 tahun lebih di laptop kesayanganku. Dan sejujurnya ending FF ini juga baru selesai malam ini hehe
Atas keterlambatan yang teramat sangat ini, saya mohon maaf sekali lagi. Sebisa mungkin mulai besok mencoba lebih rutin dan nggak delay bertahun-tahun. Mohon dukungannya yaaaaa